1. Memiliki arah yang jelas dan terfokus.
Memiliki tujuan yang terfokus amat penting dan perlu dalam belajar karena
kegiatan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kecakapan hidup. Oleh karena itu, tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran
dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi.
Salah satu kunci keberhasilan dalam
belajar adalah adanya tujuan yang jelas. Tujuan biasanya menentukan hasil
yang akan dicapai. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda yang isinya bahwa
setiap amal perbuatan itu tergantung pada niat/tujuannya dan bahwa hasil yang
akan diperoleh orang yang bekerja tersebut akan sesuai dengan niat/tujuan yang
ingin dicapainya. Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan jangka
pendek adalah sesuatu yang ingin dicapai segera. Contoh tujuan belajar
jangka pendek adalah menyelesaikan pekerjaan rumah dan berhasil baik dalam ujian esok
hari. Tujuan jangka panjang adalah sesuatu yang akan ingin dicapai di
suatu saat nanti. Contoh tujuan jangka panjang adalah menulis makalah
atau lulus dalam matakuliah.
Untuk menetapkan tujuan, kita harus mengetahui apa yang penting untuk
dicapai. Kemudian kita harus menetapkan tujuan yang dirumuskan secara
spesifik dan jelas. Kalau kita tidak mempunyai tujuan yang dirumuskan
dengan jelas, maka usaha belajar akan kehilangan arah dan fokus. Oleh
karena itu, tujuan-tujuan belajar harus
diterbitkan atau ditulis sehingga kita mempunyai catatan tentangnya.
Karena tujuan ialah sasaran khusus yang
hendak dicapai oleh seseorang maka mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan: a) tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
b) dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan
masyarakat c) pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi
kebutuhannya. d) tujuan guru dan murid seyogianya sesuai, e) aturan-aturan atau
ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan
mempengaruhi perilaku. f) tingkat keterlibatan pelajar secara aktif
mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai. g) perasaan
pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia
gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun. h) tujuan harus ditetapkan dalam rangka
memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat
merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
Ada tiga unsur tujuan yang perlu dicermati
yaitu, setiap tujuan yang kita tetapkan harus menyatakan APA yang akan dilakukan
dan KAPAN kita akan mencapainya. Tersirat dalam setiap tujuan yang kita tetapkan
itu adalah KEMAUAN (ketetapan hati) untuk mencapainya. Sebagai contoh,
tujuan untuk menulis makalah mungkin dirumuskan sebagai beikut: Saya akan (ketetapan
hati) menyelesaikan pengumpulan informasi untuk makalah saya (apa yang akan dilakukan)
pada tanggal 2 Mei (kapan akan dicapai).
Berdasarkan urai di atas berikutnya akan
diuraikan ciri tujuan yang baik, Tujuan yang kita tetapkan hendaknya: 1)
berada dalam ketrampilan dan kemampuan kita. Mengetahui kekuatan dan
kelemahan kita akan membantu kita menetapkan tujuan yang dapat kita capai. 2)
realistis. Menetapkan tujuan untuk mempelajari lima kata bahasa Inggris
baru setiap hari adalah realistis. Menoba mempelajari lima puluh kata
bahasa Inggris baru setiap hari adalah tidak realistis. 3) luwes
(fleksibel). Kadang-kadang situasi tidak sesuai dengan harapan kita dan
kita perlu mengubah tujuan belajar kita. Tetaplah bersikap luwes sehingga
ketika kita menyadari perlunya perubahan, kita akan siap untuk mengubahnya. 4)
dapat diukur. Dapat mengukur kemajuan belajar kita dalam mencapai tujuan
itu adalah penting. Terutama penting untuk mengetahui ketika kita sudah
mencapai tujuan kita dan harus berhenti. Kegagalan mengukur kemajuan kita
dalam usaha mencapai tujuan dan mengetahui ketercapaiannya akan membuat usaha
kita keliru arah dan sia-sia. 5) berada dalam kendali kita. Kecuali
kalau kita bekerja dalam kelompok, maka pencapaian tujuan kita harus tidak
bergantung pada mahasiswa lain. Kita dapat mengendalikan apa yang kita
lakukan, tetapi kita tidak banyak atau tidak dapat mengendalikan apa yang
dilakukan orang lain. Kita mungkin saja melakukan kewajiban kita, tetapi
kalau yang lain tidak, maka kita tidak akan dapat mencapai tujuan kita.
Tetapkan tujuan belajar yang dapat memberi kita arah dan membawa kita ke
keberhasilan.
2.
Mengembangkan tiga potensi manusia secara utuh dan berkesinambungan
Mengembangkan potensi manusia merupakan perhatian amat penting dalam belajar.
Oleh karena itu, dengan berkembangnya ilmu
potensi manusia hari ini tidak hanya terukur dengan IQ tetapi telah pula
dikembang pada EQ, SQ, dan PQ. Selain itu Gardnell dengan teori multiple
intelengensia menyebutkan delapan kecerdasan manusia. Kecerdasan yang dikembang
itu tentu berawal dari tiga potensi utama manusia, yaitu potensi akal, potensi
ruh, dan potensi fisik.
Dengan potensi akal manusia mampu
mencari ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan dan menciptakan segala
sesuatunya. Akallah yang bisa kita gunakan untuk menciptakan ilmu yang
bermanfaat dan menciptakan segala sesuatu yang mempunyai kemaslahatan bagi manusia
lainnya, dan begitu pula sebaliknya. Di dalam otak manusia dimana manusia
menggunakan akalnya terdiri dari 200 milyar sel otak, mampu menampung 100
milyar bite informasi (bandingkan dengan hardisk komputer kita), Kecepatan
berpikir hingga 300 mil/jam, konfigurasi 100 trilyun hubungan yang mungkin,
Kapasitas 4.000 pikiran dalam 24 jam.
Allah Swt. telah menciptakan suatu komponen yang tak terbayangkan di
dalam tubuh kita yaitu akal. Dengan kemampuan akal manusia tersebut maka
manusia sebenarnya mampu untuk menggunakan akalnya untuk menyimpan jutaan
informasi tentang keberadaan dan kebesaran Allah Swt. Akan tetapi saat ini kita
sekarang masih menggunakan sebagian kecil akal kita hanya untuk mendalami dan
mempelajari tentang keduniawian. Bahkan sebagian orang telah mengotori akal dan
pikirannya untuk memikirkan bagaimana bermaksiat kepada Allah Swt.
Orang yang mengembangkan
potensi akal ada yang menjadi ilmuwan dengan berbagai ilmu dan teknologi.
Mungkin mustahil bagi orang-orang yang hidup di abad ke 18 untuk menciptakan
jaringan internet seperti yang ada sekarang. Apalagi orang yang hidup di abad
ke-17, lalu tiba-tiba berbicara tentang kemungkinan dibuatnya jaringan internet
pada zamannya, mungkin segera disebut tidak masuk kal oleh kawan-kawannya. Atau
kita bicara tentang kecanggihan laptop wifi dan koneksinya dengan gadget
bluetooth generasi mutakhir di depan orang Asmat yang paling terpencil di dalam
gunung Papua, mungkin kita juga dianggap sudah aneh. Namun, hari ii semua dapat
dilihat sebagai suatu yang nyata bahwa pengembangan akal dengan belajar telah
membawa banyak manfaat dalam kehidupan manusia.
Potensi jasmani manusia sangat didukung oleh
kuatnya jasmani. Dan kuatnya jasmani sangat didukung oleh masukan makanan
bergizi yang mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita dan diikuti pula
oleh istirahat yang cukup. Tak lupa olahraga akan membuat jasmani kita semakin
bertambah kuat. Manusia bisa menggunakan potensi ini untuk berbuat amal
kebaikan dan melakukan apa saja yang bermanfaat bagi dirinya sendiri,
keluarga, masyarakat, agama, nusa dan bangsa. Apalagi banyak penelitian
membuktikan bahwa di dalam tubuh manusia yang terbentuk dari sel-sel, terdapat
DNA yang mampu menyimpan informasi luar biasa banyaknya, tersimpan pula talenta
yang menjadi karunia dalam diri manusia maka tugas manusialah untuk mengenali
talenta itu, mengasahnya dengan akal, hati dan fisik sehingga menjadi sebuah
sarana untuk mencapai tujuan hidup selanjutnya di dunia dan akhirat.
Yang mengembangkan potensi fisiknya dalam
belajar ada yang menjadi atlet. Mungkin mustahil bagi kita mampu berlari dengan
kecepatan 9,8 detik untuk lari sprint 100 meter. Tapi ini tidak mustahil
dilakukan oleh atlet lari profesional. Atau misalnya kita bayangkan kesebelasan
sepakbola kampung kita bertanding dengan Timnas Jerman yang bertanding di Piala
Eropa kemaren. Sehingga mustahil bagi kita mengalahkan timnas jerman, tapi
tidak mustahil bagi timnas Spanyol.
Bagaimana dengan potensi Ruh? Potensi rohani merupakan potensi yang
penting bagi manusia. Jiwa atau Ruh merupakan potensi asasi manusia yang
sepenuhnya ditentukan oleh Allah. Dengan potensi rohani, manusia dapat melihat
mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang bersih dan mana yang kotor, maka jika hati manusia bersih tentunya manusia
akan memilih yang haq, benar, dan bersih. Begitu pula sebaliknya. Maka
dari itu sebagai manusia yang memiliki potensi rohani, kita harus
memperkuat keyakinan kita agar potensi ini berjalan dengan baik.
Potensi ini paling jarang dikembangkan. Yang mengembangkannya dalam
ajaran Islam adalah para ulama tasawuf dan thariqat. Maka terkadang kita
menganggap mustahil jika ada awliya Allah yang bisa ke suatu tempat dalam
sekejap mata. Atau mengetahui kejadian yang akan datang, atau tahu maksud
kedatangan kita sebelum kita bicara sepatah kata pun. Atau ada di beberapa
tempat dalam satu masa. Kita lalu menganggap ini tahyul dan khurafat dan masuk
ke dalam ajaran sesat. Tapi bagi awliya Allah, kemampuan mereka itu bukanlah
sesuatu yang mereka cari, itu adalah anugerah Allah yang diberikan kepada
mereka. Karena mereka telah melakukan pengembangan potensi ruh dengan cara
melakukan amal khariqul 'adah (amal ibadah yang melampaui lazimnya kesanggupan
manusia), lalu Allah pun menganugerahi mereka kemampuan khariqul 'adah
(kemampuan melakukan sesuatu hal yang berada di luar kemampuan lazimnya
manusia). Misalnya kita tidak pernah melakukan shalat tahajjud, ini tidak
berdosa, karena shalat tahajjud tidak wajib. Tapi bagi awliya Allah shalat
tahajjud mereka pandang sebagai kewajiban. Kadang kita terbiasa sedikit
melakukan ghibah (membincangkan keburukan orang lain) dengan lisan, tetapi bagi
awliya Allah, terlintas sedikit saja ghibah dalam hatinya (belum terkatakan)
sudah dianggapnya perbuatan itu sebagai dosa besar yang harus ia hindari.
3. Bersiap dan bersikap menjadi pemenang
Prinsip bersiap dan
bersikap menjadi pemenang merupakan syarat untuk mendapatkan kesuksesan dalam
belajar. Disadari bahwa semua orang,
pasti ingin menjadi pemenang, sang juara, atau si nomor satu. Namun, masih
banyak orang yang salah mengartikan apa itu pemenang, juara, dan menjadi nomor
satu. Kemenangan sejati bukanlah
kemenangan atas orang lain. Namun, ia adalah kemenangan atas diri sendiri.
Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa
ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menambat diri di tempat
start. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tidak berguna.
Motivasi tidak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan
sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin diraih lewat niat
yang ternoda. Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan
tertinggal karena sibuk mengintip laju lawan-lawannya. Pelari yang berlari
untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan
menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia
mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri. Ia bertading
dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain. Karenanya, ia tak perlu
bermain curang. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari
kekalahan diri sendiri. Karena itu mulai berbenah untuk menjadi pemenang
sesungguhnya, yaitu pemenang sejati!
Seorang guru memberi tahu kepada dua orang anak
muridnya bahwa besok hari mereka akan membuat gambar rancang bangun geometri. Anak yang pertama bicara dengan saya dengan
serius dan menanyakan secara detail apa yang diperlukan untuk itu. Esoknya ia
telah meyiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk belajar. Dengan demikian
ia telah sangat siap menerima ilmu yang akan disampaikan guru hari ini dengan
segala persiapannya. Sementara anak yang satu lagi menerima informasi dengan
tenang saja, tidak bertanya secara detail. Esoknya ia juga datang dengan
kedatangan seperti kemarin tanpa membawa alat apa-apa sehingga ia tidak siap
untuk menerima pelajaran hari ini. Maka anak yang pertama adalah anak yang siap
untuk menang karena ia merespon informasi dengan aktif dan kreatif sedangkan
anak yang kedua adalah anak yang tidak siap menang dan pasif.
4. Memiliki impian yang selalu begelora,
Untuk membuat seseorang
menjadi maju, dan tidak tertinggal terus oleh orang-orang lain maka ia
perlu memotivasi diri. Sekarang tidak tepat kalau seseorang selalu berharap
dukungan (motivasi) dari orang lain. Namun juga sangat rugi bila ia tidak
peduli dengan motivasi atau cuma sekedar memotivasi diri. Bila seseorang ingin
meraih sukses dalam hidup maka yang harus ia miliki adalah “total motivasi”.
Adalah penting kita perlu memiliki motivasi- memotivasi diri secara total.
Sekali lagi perlu dimiliki motivasi total karena motivasi total merupakan awal
dari segala-galanya.
Sekali-sekali kita perlu merenung
dan berfikir tentang mengapa seseorang bisa menjadi tokoh sukses. Tentu saja
ini terbentuk setelah ia melakukan proses panjang yang diperkuat dengan
memotivasi diri secara total, bukan motivasi yang setengah-setengah. Juga
bukan asal-asalan dalam memotivasi diri, tetapi memotivasi diri sampai pada
tahap yang menggebu-gebu. Memotivasi yang menggebu-gebu dapat dicontohkan dalam
kegiatan sehari-hari seperti cara berjalan atau cara berbicara. Maka cara
bersikap orang sukses (yang memiliki motivasi) memang bersikap penuh
semangat- ia berbicara dengan semangat dan berjalan dengan penuh semangat.
Orang sukses telah membuktikan bahwa
segala sesuatu memang berawal dari motivasi. Para pelajar yang
memperoleh medali emas dalam ajang IJSO (International Junior Scientific
Olimpide), sebagai contoh, pasti memiliki motivasi yang hebat, motivasi
yang menggebu-gebu atau motivasi yang bergelora. Tanpa motivasi yang sehebat
demikian tidak mungkin bisa membuat mereka bersinar terang.
Ternyata memotivasi diri tidak
semudah mengucapkan kata “motivasi” itu sendiri. Dalam hidup ini kita temui
cukup banyak orang yang mengalami kesulitan untuk memotivasi dirinya. Mereka
malah lebih mudah dimotivasi orang lain dan tidak tahu cara memotivasi diri,
apalagi bagi orang yang kurang memiliki pengalaman sukses. Mereka sendiri
malah tergantung pada pasokan motivasi dari lingkungan. Sedangkan dalam
kenyataan bahwa tidak semua orang dalam lingkungan yang peduli dalam memotivasi
mereka. Yang banyak malah orang yang mematahkan semangat atau motivasi.
“Wah percuma saja belajar tidak akan juara, si anu tidak begitu rajin belajar
namun bisa juara”. Begitulah motivasi dari orang-orang yang memang belum sukses
tetapi hal itu akan berbeda dengan orang yang telah sukses dan dalam memotivasi
tentu ia akan mengatakan misalnya, “asal kamu tidak mau lagi mengatakan kata
tidak bisa atas tantangan yang diberikan padamu dan kamu ganti dengan kata-kata
saya akan mencoba untuk kita akan sukses
karena kita telah mempunyai harapan.”
Begitulah sukses sering tertunda karena sering mengatakan kata “tidak
bisa” yang memang mengkondisikan orang yang mengatakannya menjadi tidak
bisa. Sebaliknya, di sekeliling kita
juga banyak orang yang tidak sukses dan patah semangat.
Seseorang
akan berusaha dan termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas, tergantung
kepada kebutuhannya. Kalau kebutuhannya itu begitu besar dan perlu segera untuk
dipenuhi maka motivasinya juga besar. Namun dalam hidup ada dua tipe atau
karakter orang yaitu orang yang bertipe santai: tidak menyukai
pekerjaan, tidak menyukai tanggung jawab dan harus dipaksa agar berprestasi/
bertanggung jawab. Sebaliknya ada orang yang berkarakter rajin:
menyukai pekerjaan, kreatif, suka berusaha/ bertanggung jawab dan dapat bekerja
tanpa dipaksa.
Motivasi juga dikatakan
sebagai sarana untuk menuju sukses. Maka syarat untuk sukses itu sendiri ada
tiga yaitu bahwa kita perlu memiliki “ semangat, visi (atau tujuan kegiatan)
dan dikuti dengan aksi (atau kegiatan itu sendiri). Kalau begitu tentu saja
titik awal untuk sukses adalah dengan memotivasi diri sendiri. Para tokoh bisa
sukses dalam usaha mereka karena mereka mempunyai motivasi dan semangat
kerja yang besar dalam hidup. Maka agar kita juga bisa sukses seperti
tokoh, kita pun harus memiliki motivasi dan bersikap “selalu bersemangat“ dalam
hidup ini. Pekerjaan yang kita emban musti kita nikmati- yaitu sesuatu
yang perlu kita nikmati- makanya ada orang yang mengatakan istilah kepuasan
kerja atau kepuasan belajar. Mereka tidak menganggap bekerja dan belajar
sebagai beban yang perlu untuk dihindari.
Agar menjadi orang yang suka memotivasi
diri maka setelah memiliki semangat yang menggebu, kita juga perlu memiliki
sikap yang tekun dalam bekerja. Orang yang mampu memotivasi diri sendiri
tentu akan mampu dalam menyemangati dirinya. Sumber energinya berasal dari
dirinya sendiri. Malah dikatakan bahwa ketika sumber energinya habis, ia akan
mengisinya kembali tanpa harus menunggu pasokan semangat dari orang lain.
5.
Selalu berusaha meretas bangkitnya dari kemalasan dan ketertinggalan,
Rasa malas memang ada dalam diri setiap
manusia, betapapun rajinnya dia – karena setiap manusia memang diberikan
potensi untuk itu. Tapi pada dasarnya itu hanyalah masalah pilihan; apakah
tetap berada dalam keadaan terhanyut oleh ninabobok kemalasan yang
menghancurkan atau bangkit dan bertindak dengan tegas lagi segera! Sejujurnya,
rasa malas itu sangat ‘bermanfaat’ jika dikelola dan didayagunakan dengan baik.
Misalnya, kita malas jika hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan dalam sehari
atau bergaul dalam lingkungan yang tidak membesarkan dan membuat kita tumbuh
dengan baik. Tentu saja, “kemalasan” seperti ini akan bernilai sangat positif,
konstruktif dan produktif.
Yang perlu kita lakukan
adalah bertindak dengan segera dalam rangka menindaklanjuti apa-apa yang sudah
kita rencanakan; bahkan dengan amat-sangat matang. Janganlah terlalu berfokus
atau memikirkan hasil atau bagaimananya dalam proses pencapaian target!
Seringkali terjadi bahwa apa-apa yang kita khawatirkan yang menjadikan kita
menunda-nunda pekerjaan tersebut TIDAK TERJADI dalam kenyataannya. Kalaupun toh
terjadi juga, kita dengan refleks dan fleksibel akan menemukan cara-cara
lainnya yang lebih baik*. Pemikiran atau perencanaan kita adalah hasil dari
kinerja otak kita; begitu juga dengan pilihan (dalam hal ini tindakan) yang
kita pilih**. Dengan kapasitasnya yang begitu luar biasa – 30 juta sel syarat
(neuron) yang setara dengan 30 trilyun Giga byte – akan sangat mempengaruhi
kita dalam dua hal. Yang pertama dalam merencanakan dan yang kedua dalam
meyakinkah diri kita melakukan tindakan. Artinya, jika otak kita berkata “Saya
mampu”, maka kita mampu dan seluruh anggota tubuh kita akan melaksanakan
seluruh perintah otak kita. “Impian yang pantas dihormati adalah impian yang
segera diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang bersegera. Keberhasilan
jangka pendek akan menentukan strategi jangka panjang yang tepat; strategi
jangka panjang yang tepat akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan maupun
kegagalan jangka
6.
Berusaha yang terbaik
Berusaha yang terbaik dalam belajar merupakan syarat
penting untuk sukses menjadi juara.
Muhammad Ali mengatakan bahwa para juara tidak dibuat di arena. Para juara
dibuat dari sesuatu yang ada di dalam diri mereka – sebuah hasrat, sebuah
impian, sebuah visi. Mereka memiliki keterampilan dan kemauan, tetapi
kemauanlah yang terbesar.
Arena hanya alat atau media untuk menjadi juara. Namun sebenarnya, jika kita ingin menjadi juara kita harus memiliki hasrat menjadi juara, impian menjadi juara, dan visi menjadi juara. Bukan hanya mengikuti pertandingan, karena akan percuma tanpa hasrat, impian, dan visi.
Arena hanya alat atau media untuk menjadi juara. Namun sebenarnya, jika kita ingin menjadi juara kita harus memiliki hasrat menjadi juara, impian menjadi juara, dan visi menjadi juara. Bukan hanya mengikuti pertandingan, karena akan percuma tanpa hasrat, impian, dan visi.
Pada bagian lainnya disebutkannya
bahwa juara memiliki keterampilan. Jika seorang petinju, jelas memilki keterampilan
bertinju. Jika kita ingin juara dalam karir, maka kita perlu memiliki
keterampilan berkaitan dengan karir kita. Begitu juga dalam bisnis, jika kita
ingin menjadi juara dalam bisnis, maka kita perlu memiliki keterampilan
berkaitan dengan bisnis kita. Ingin juara dalam belajar mengajar kita harus
memiliki keterampilan dalam belajar mengajar.
Namun
keterampilan saja tidak cukup, sebab yang lebih penting dari keterampilan
adalah kemauan kita menjadi juara. Saya yang terbaik, saya mengatakannya bahkan
sebelum saya mengetahuinya. Mungkin ini
yang menyebabkan kenapa Muhammad Ali disebutkan bermulut besar. Kadang kita
melihat begitu tipis atas sombong dengan percaya
diri atau optimis. Bagi orang yang tidak suka atau benci, akan lebih
mudah mengatakan seseorang yang percaya diri mengatakan sombong. Muhammad Ali
mengatakan kalau dia yang terbaik, bahkan sebelum dia mengetahui kalau dia yang
terbaik. Ini bukan membohongi diri sendiri, namun lebih kepada kesadaran akan
potensi yang ada dalam dirinya. Terlepas apakah dia sombong atau tidak, menurut
keilmuan pikiran, perkataan seperti ini menunjukan optimisme. Kita teringat dengan perkataan salah satu sahabat
Rasulullah saw yang dijamin masuk syurga yaitu Abdurrahman bin ‘Auf, “Sungguh,
kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya
emas dan perak…!”.
Jika seandainya, orang yang kita benci
mengatakan itu, mungkin kita akan mengatakan sombong. Tapi kita melihatnya
sebuah optimisme dan kepercayaan diri yang tinggi. Jika kita khawatir dikatakan
sombong oleh orang lain, mungkin kita tidak perlu mengatakannya di depan orang
lain. Cukup di hati saja, cukup menjadi keyakinan diri saja.
Dia juga mengtakan saya benci
latihan pada setiap menitnya, tetapi saya berkata, “Jangan berhenti. Menderita
sekarang dan menjalani sisa kehidupan kita sebagai juara.”
Latihan bukanlah hal yang menyenangkan. Namun, ini adalah resep utama yang tidak boleh dilewatkan jika kita ingin menjadi juara. Latihlah keterampilan. Tidak cukup sampai bisa, tetapi harus mahir dan menjadi yang terbaik. Dia yang tidak cukup berani untuk mengambil resiko, tidak akan mendapatkan apa-apa dalam hidupnya.
Bertanding itu beresiko, tetapi kita tidak akan pernah menjadi juara jika tidak mau bertanding. Artinya, jika kita tidak mau mengambil resiko baik dalam karir maupun bisnis, lupakan menjadi juara. Jika pikiran bisa memikirkannya, dan hati saya bisa mempercayainya – maka saya bisa mencapainya.
Latihan bukanlah hal yang menyenangkan. Namun, ini adalah resep utama yang tidak boleh dilewatkan jika kita ingin menjadi juara. Latihlah keterampilan. Tidak cukup sampai bisa, tetapi harus mahir dan menjadi yang terbaik. Dia yang tidak cukup berani untuk mengambil resiko, tidak akan mendapatkan apa-apa dalam hidupnya.
Bertanding itu beresiko, tetapi kita tidak akan pernah menjadi juara jika tidak mau bertanding. Artinya, jika kita tidak mau mengambil resiko baik dalam karir maupun bisnis, lupakan menjadi juara. Jika pikiran bisa memikirkannya, dan hati saya bisa mempercayainya – maka saya bisa mencapainya.
Sekali lagi, kata mutiara
juara ini mengambarkan bagaimana memiliki pikiran positif, optimisme, atau
percaya diri. Yang penting, dia bisa melihat hasil di pikirannya dan hati
percaya akan mencapainya, maka dia akan mencapainya. Untuk menjadi seorang
juara hebat kita harus percaya bahwa kita yang terbaik. Jika tidak,
berpura-puralah.
Saya bisa mengatakan bahwa kata mutiara juara inilah yang menjadi inti atau menjadi DNA juara. Langkah pertama untuk menjadi juara ialah kita harus yakin memiliki harapan besar untuk menjadi juara. Ini fondasi kita menjadi juara. Bahkan, katanya, jika ada terselip keraguan dalam hati, maka pura-puralah yakin menjadi juara. Apakah pura-pura ini bisa memberikan hasil? Ya, jika kita bisa menggunakannya dengan baik dan benar. Pikiran bawah sadar tidak bisa membedakan apakah pura-pura atau kenyataanya. Keduanya akan diterima dan membentuk pola pikir sukses. Ingat, bahwa yang dimaksud pura-pura disini adalah terhadap diri kita sendiri, bukan pura-pura di depan orang lain. Hikmah dari koleksi kata mutiara juara ini adalah penekanan pada berpikir positif atau mindset. Keterampilan dan latihan memang sangat perlu, namun yang lebih penting adalah kemauan kita untuk menjadi juara. Jika kemauan kita tinggi, maka keterampilan dan latihan akan mengikuti dengan sendirinya.
Saya bisa mengatakan bahwa kata mutiara juara inilah yang menjadi inti atau menjadi DNA juara. Langkah pertama untuk menjadi juara ialah kita harus yakin memiliki harapan besar untuk menjadi juara. Ini fondasi kita menjadi juara. Bahkan, katanya, jika ada terselip keraguan dalam hati, maka pura-puralah yakin menjadi juara. Apakah pura-pura ini bisa memberikan hasil? Ya, jika kita bisa menggunakannya dengan baik dan benar. Pikiran bawah sadar tidak bisa membedakan apakah pura-pura atau kenyataanya. Keduanya akan diterima dan membentuk pola pikir sukses. Ingat, bahwa yang dimaksud pura-pura disini adalah terhadap diri kita sendiri, bukan pura-pura di depan orang lain. Hikmah dari koleksi kata mutiara juara ini adalah penekanan pada berpikir positif atau mindset. Keterampilan dan latihan memang sangat perlu, namun yang lebih penting adalah kemauan kita untuk menjadi juara. Jika kemauan kita tinggi, maka keterampilan dan latihan akan mengikuti dengan sendirinya.
Berdasarkan argumentasi di atas setidaknya
ada beberapa hal yang disepakati. Pertama belajar bukanlah
pekerjaan yang meyenangkan. Kedua belajar kita lakukan
seringkali karena terpaksa. Apakah terpaksa lulus, atau terpaksa supaya dapat
ijazah. Belajar menjadi kehilangan maknanya. Boleh saja kita membantah pemyataan
di atas. Tapi kita akan membuktikan bahwa kita tidak lebih baik dan seorang
bayi yang juga belajar seperti kita.
Pernahkah kita memperhatikan seorang bayi belajar berjalan?
Dengan keberanian yang dimilikinya, ia melangkahkan kaki selangkah demi
selangkah. Namun apa hendak dikata bayi tersebut jatuh tersungkur. Tapi, ia
pantang menyerah. Tersungkur satu kali, dua kali, bahkan puluhan kali tidak
membuatnya jera untuk terus melangkah dan melangkah. Akhirnya, dalam waktu yang
relatif singkat sang bayi sudah dapat berjalan sendiri. Bagaimanakah bayi tersebut bisa belajar
berjalan dengan sukses? Pertanyaan ini cukup menarik untuk dijawab. Seorang
bayi tidak pernah diinstruksikan oleh orang tuanya atau siapa saja untuk
belajar berdiri tegak, menjaga keseimbangan, atau menyuruhnya berjalan
pelan-pelan supaya tidak jatuh. Tidak, sekali-kali tidak. Bayi tidak pernah
diberi bimbingan macam-macam. Padahal berjalan adalah suatu kegiatan kompleks yang
merupakan gabungan dari koordinasi gerak tubuh, keseimbangan dan kestabilan.
Bayi itu temyata berhasil melakukan tugas sulit tersebut tanpa mendapatkan
petunjuk teknis yang dibutuhkan.
Sedikitnya ada dua hal yang membuat sang bayi berhasil. Pertama,
ia tidak pemah mengenal konsep
kegagalan. Ia hanya tahu untuk mencoba dan mencoba belajar dari
pengalamannya sendiri. Ia tidak mau tersungkur untuk selama-lamanya. Kedua,
sang bayi selalu mendapat dukungan positif. Ketika ia jatuh
orangtuanya berkata, “Ayo nak berdiri lagi. Mama akan membantumu.” Dan ketika
ia berhasil, semua orang bergembira dan memberi selamat atas keberhasilannya. Sekarang
mari kita bandingkan dengan apa yang terjadi dengan diri kita sekarang. Ketika
dosen mulai menerangkan pelajaran, mungkin kita sudah berpikir kapan pelajaran
akan usai. Ketika tugas diberikan, kita mungkin dongkol dengan dosen yang
dianggap kelewatan dalam memberi tugas. Dan saat menjelang ujian, jika kita
termasuk golongan mahasiswa kebanyakan, kita akan mulai sibuk mencari fotokopi
catatan di sana-sini, pinjam buku di perpustakaan, dan mulai menyiapkan kopi
buat begadang. Dan ketika ujian berlangsung, kita merasakan tekanan yang luar
biasa. Belajar menjadi sebuah beban yang terpaksa kita lakukan. kita belajar
karena hal itu sebuah tradisi. kita belajar karena ingin lulus, bukan karena
kita memang mencintai belajar. Cara dan gaya kita
belajar tidak lebih baik dari apa yang bisa dilakukan oleh seorang bayi.
Semakin meningkatnya umur bukannya memberikan kita cara dan gaya belajar
yang lebih kreatif. Hari demi hari, kita terjebak dalam rutinitas belajar
yang membosankan.
Setelah lulus apa yang terjadi? Ternyata pasar tenaga kerja
sering kesal dengan para fresh graduate ini. Para lulusan
dianggap tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk menghadapi
dunia nyata yang harus dihadapinya. kita harus ditraining kembali untuk
bekerja. Padahal kita telah belajar bertahun-tahun. Enam tahun untuk SD, tiga
tahun untuk SMP, tiga tahun untuk SMA dan sekitar empat sampai enam tahun di
perguruan tinggi. Tapi itulah yang terjadi. Hasil belajar kita tidak dihargai.
kita hanya dihargai dari selembar ijazah sebagai prasyarat untuk melamar kerja.
Selebihnya, kita harus bersaing lagi, kita harus dites lagi dan akhirnya, kita
malah di-training kembali.
Temyata,
ada yang salah dalam proses pendidikan kita sekarang. Seorang sarjana teknik
jadi pengusaha. Lulusan ekonomi jadi wartawan. Tamatan ilmu komputer bekerja di
bank. Memang hal itu sah-sah saja, tapi rasanya ilmu yang didapatkan menjadi kurang berguna. Kita perlu
mengubah semua kejadian tadi. Kita perlu belajar kembali tentang bagaimana
caranya belajar. Belajar harus menjadi hal yang menyenangkan. kita belajar
bukan kerena terpaksa tetapi karena belajar memang menyenangkan dan kita
mencintainya.
Bobbi de Porter memberikan
pemecahan alternatif dengan metode Quantum Learning. Nama
Quantum sendiri menunjukkan adanya lompatan besar terhadap cara pandang kita
selama ini tentang belajar. Dengan berbagai keterampilan teknis seperti membaca cepat, teknik
mencatat, bagaimana berpikir logis dan kreatif, serta menghilangkan
mitos “Aku tidak bisa”. Perubahan paradigma ini diharapkan
dapat memberikan hasil nyata terhadap kesuksesan kita. Belajar seperti ini, mengharuskan kita
untuk memotivasi diri sendiri. kita harus tahu manfaat apa yang bakal diperoleh
dari ilmu yang kita pelajari. Bagaimana mungkin kita termotivasi jika kita
tidak tahu manfaat pekerjaan yang kita lakukan? kita tidak mungkin mengharapkan
pujian orangtua, mendapat dukungan dari teman-teman, atau harapan positif
lainnya. kita harus secara aktif menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan
menyenangkan bagi diri kita. Ketika semua orang tak lagi memotivasi, kita harus
mencari lingkungan baru yang dapat memotivasi kita. Jika hal itu pun tak dapat
dilakukan, setidaknya kita masih punya diri sendiri untuk memberi semangat.
Jika kita melihat sejarah ke belakang, kita akan temui banyak
sekali orang yang belajar dengan benar. kita pasti kenal Aristoteles, seorang
ahli hikmah dari Yunani. kita juga perlu merujuk pada ilmuwan muslim masa lalu.
Al-Farabi yang ahli fisika, Ibnu Sina yang ahli kedokteran, atau Jabir bin
Hayyan yang ahli kimia serta banyak lagi lainnya. Mereka adalah para ahli multi
disiplin ilmu. Mereka sekaligus spesialis tak tertandingi di bidangnya. Satu
hal yang seringkali kita lupa bahwa kita pun merniliki potensi yang sama dengan
mereka. Hanya saja, mereka
memanfaatkan potensi tersebut sedangkan kita mengabaikannya.
Apa yang membedakan mereka dari kita? Tampaknya hanya satu
hal yakni paradigma atau cara pandang mereka terhadap proses belajar itu
sendiri. Mereka belajar dengan cara menemukan lebih dahulu apa manfaat dan
bidang-bidang yang mereka kuasai. Mereka tidak ingin sekedar prestise yang
diperoleh dari selembar ijazah tapi ingin penguasaan yang menyeluruh. Dengan
demikian, mereka belajar dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka akan terus
menggali ilmu dengan kesungguhan sampai maut memisahkan.
Agama menyuruh umatnya untuk giat menuntut Ilmu. Al-Qur’an
mengatakan bahwa Allah SWT meninggikan derajat orang yang berilmu lebih tinggi
dibandingkan orang yang tidak berilmu. Nabi mengajarkan untuk menuntut ilmu
sampai ke negeri Cina sekalipun. Ilmu laksana hikmah yang harus terus dicari,
digali, dieksplorasi dan akhimya diambil dan dimanfaatkan demi kebaikan. Betapa
banyak ayat-ayat Al-Qn’an yang menyuruh kita menggunakan akal untuk berpikir,
menggunakan hati untuk merenung, serta memanfaatkan potensi diri
sebesar-besarnya. Sebagai seorang calon intelektual kegiatan belajar merupakan
makanan sehari-hari bagi kita. Akan tetapi, sudahkah kita memiliki motivasi
yang tepat, niat yang benar serta mampu melihat manfaat dari setiap bidang yang
kita pelajari?
Insya Allah, dengan
mengubah cara pandang tentang belajar maka belajar kita akan menjadi sesuatu
yang menyenangkan. kita tidak akan pernah lagi merasakan belajar sebagai sebuah
beban melainkan melihatnya sebagai sebuah tantangan. kita akan memasuki wilayah
eksplorasi ilmu yang tiada habis-habisnya. kita akan merasakan indahnya ilmu
Allah SWT yang saling terkait satu sama lain. kita akan terus-menerus menemukan
manfaat dan minat-minat baru dalam belajar. kita tidak akan pernah puas mereguk
lautan ilmu. Semakin banyakAnda mereguknya, kita hanya akan semakin haus. Dan
akhirnya kita akan menjadi seorang pelajar Quantum. Seorang yang belajar kapan
saja, di mana saja, dari siapa saja dan dengan cara apa saja. kita bisa belajar
di ruang kelas, di kamar pribadi, di bus, atau di jalanan. kita dapat
memperoleh ilmu dari dosen, teman, tukang ojek, atau bahkan anak-anak. kitajuga
dapat belajar dengan cara membaca buku, berdialog dengan orang lain, belajar
dari pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain, atau belajar dan alam
semesta dengan melihat tanda-tanda kebesaran-Nya. Belajar kita tidak lagi
mengenal batasan tempat dan waktu.
7. Menjadi diri sendiri.
Diri
kita adalah kita dengan segala keunikan dan potensi yang kita
miliki. Menjadi diri sendiri adalah kita tetap dalam keunikan kita,
tanpa harus mengikuti siapa pun. Para sahabat Rasulullah saw pun tetap pada
keunikannya masing-masing. Abu Bakar as, Umar Bin Khathab as, Ustman bin Afan
as, dan Ali as pun memiliki keunikan masing-masing tanpa mengurangi
kemuliaannya. Kemudian setiap manusia memiliki potensi untuk meraih sukses sesuai
dengan keunikannya masing-masing. Untuk menjadi diri kita sendiri, kita harus
mengoptimalkan semua potensi diri kita, tanpa harus merubah keunikan kita atau
mengikuti orang lain. Saat keunggulan unik kita belum dimunculkan secara
optimal, maka kita belumlah menjadi diri sendiri. Mungkin baru
setengahnya, atau bahkan seperempatnya.
Kita tidak bisa menjadi
diri sendiri yang seutuhnya jika kita belum mengoptimalkan potensi diri kita
seutuhnya? Kita tidak pernah tahu sampai dimana potensi diri kita. Namun sejauh
mana pun kita sudah mengoptimalkan potensi diri saat ini, kita masih bisa terus
meningkatkannya. kita masih bisa lebih baik dari saat ini, sesukses apa pun
kita saat ini. Tidak ada yang namanya pencapaian puncak dunia ini. Yang ada
hanya nanti di akhirat saat bertemu Allah SWT. Jadi selama di dunia, kita masih
bisa memperbaiki diri kita. Kita jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin
dan menjadikan hari esok menjadi lebih baik dari hari ini: “Barang siapa yang
hari ini sama saja dengan kemarin, merugilah dia. Jika hari ini lebih buruk
dari kemarin, dia celaka.Dan beruntunglah bila hari ini lebih baik dari
kemarin.” (HR Bukhari)
Kita bertanggung jawab
pada diri sendiri. Kita bertanggung jawab atas kehidupan kita sendiri. Allah
telah memberikan kemerdekaan kepada kita untuk berkehendak, memilih, dan
bertindak. Semua pencapaian kita adalah tanggung jawab diri kita
sendiri. Bukan tanggung jawab guru atau pemerintah, bukan tanggung
jawab orang tua, bukan tanggung jawab siapa pun. Tidak peduli apa yang
dilakukan oleh orang diluar kita, namun keberhasilan dan kegagalan adalah
tanggung jawab kita.
Apakah kita hanya
menunggu orang lain bertindak untuk kita atau kita bertindak untuk diri
sendiri? Siapa pun tidak ada yang bisa kita kitalkan kecuali Allah dan kita
sendiri. Oleh karena itu bertanggung jawablah atas nasib kita sendiri. Lihatlah
sekeliling, banyak orang yang gagal dan banyak orang yang sukses.
Ini berarti keberhasilan bukan disebabkan oleh orang lain, tetapi oleh kita
sendiri. Dari pada kita menggantungkan diri kepada orang lain, bergantunglah
hanya kepada Allah dan tetaplah berusaha.
Dengan bertanggung
jawab atas diri kita sendiri, kita dapat memulai sebuah perjalanan yang sangat
berlimpah. Dari kehidupan miskin menuju kehidupan yang makmur. Bukan hanya
makmur dalam hal harta belaka, namun makmur pada segala bidang, makmur akan
uang, makmur akan cinta, makmur akan kebahagiaan, makmur akan hubungan, makmur
akan petualangan dan makmur-makmur yang kita impikan. Kita tidak hanya melihat kehidupan
kita sekarang. Kehidupan kita sekarang adalah hasil apa yang kita pikirkan dan
lakukan pada masa lalu. Lihatlah kehidupan kita dimasa mendatang, karena itu
yang kita tuju, karena kita maju ke depan bukan diam di tempat apa lagi mundur
ke belakang. Melihat kehidupan kita sekarang hanya akan membuat kita berjalan
ditempat. Jadikan kehidupan kita sekarang hanya sebuah pijakan atau titik tolak
menuju masa depan.
kita bisa mengubah dunia kita.
kita bisa membuat perbedaan positif di dunia ini jika kita menginginkannya, dan
itu tergantung keputusan kita. Miliki keberanian, tetapkan tujuan, susunlah
rencana, ambilah tindakan, dan biarkan hidup kita tertuju pada visi kita yang
indah. Hidup kita akan berjalan seolah-oleh otomatis dalam meraih semua
mimpi-mimpi kita. Semua tenggung jawab kita, kita yang berkehendak, kita yang
memutuskan, dan kita yang bertindak. Nikmat besar yang diberikan Allah kepada
kita adalah kemampuan kita untuk memilih. kita bisa memilih apa yang kita
pikirkan dan lakukan. Ini adalah kemerdekaan yang diberikan Allah kepada
manusia, dimana ada kemerdekaan, harapan selalu mengikuti. Oleh karena itu
pilihlah untuk menjadi orang yang sukses,
menjadi orang yang menang, sehingga hidup kita menjadi indah.
Pengajar dan pelajar harus membuat komitmen. Mulai sekarang, mengapa
tidak membuat komitmen yang teguh untuk menjalani hidup yang indah.
Hidup yang dipenuhi kemenangan-kemenangan yang selama ini kita impikan. Namun
bukan kemenangan mengalahkan orang lain, tetapi kemenangan untuk mengalahkan
sisi buruk pada diri sendiri. Berjanjilah kepada diri sendiri, untuk membuat
kehidupan kita lebih indah di semua bidang, semua bidang dimana kita ada di
dalamnya. Jadikan kehidupan belajar mengajar kita indah, jadikan
kehidupan keluarga kita indah, jadikan kehidupam masyarakat kita indah, dan
jadikan kehidupan-kehidupan lainnya menjadi indah semua. Kita
perlu komitmen untuk mencapai semuanya. Hidup indah bukan hanya
menekankan kemenangan-kemenangan fisik belaka, namun kemenangan batin dan
spiritual kita, menjadi lebih tentram dan damai, sambil berharap kehidupan
indah di akhirat sana. Oleh karena itu, kehidupan indah sangat layak untuk
diperjuangkan, untuk kita kejar dengan keterlibatan yang sepenuhnya. Inilah
yang dinamakan komitmen menjadi diri sendiri. (Dari Berbagai Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar